Menikah Muda?



Buat kamu memasuki usia 23++ pasti sudah tak asing oleh pertanyaan
”Gimana udah ada calon?”
”Kapan nyusul? Semoga abis ini kamu nyusul ya.” (familiar di berbagai acara kondangan)

Mungkin sebagian orang ingin melempar piring prasmanan ada juga menanggapinya dengan cengengesan sambil bilang, “iya nih besok ya nikahnya tapi simulasi doang soalnya belum ada jodohnya.”

Di era media sosial ini pun sedang tren istilah couple goals yang menunjukan kemesraan lewat foto estetik, contohnya bisa dilihat bagaimana liburan ala pasangan Rachelvenya-nicko, gaya pacaran awkarin-gaga, hingga pernikahan raisa-hamish berhasil membuat netizen gigit jari pasang muka kepengen sembari menyebarkan komentar “Couple goals banget sih pengen….”

Media sosial pula berhasil mengekspos indahnya kehidupan menikah (lewat foto loh ya, foto) banyak juga diantaranya tergolong pasangan muda lalu munculah istilah nikah muda. Sempat berbincang sama kawan yang menikah di usia muda alasannya beragam dan personal, darisana saya memahami bahwa menikah adalah keputusan.

Ingin menjawab rasa penasaran mengenai menikah muda saya mencoba melakukan survey di instagram tentang 2 pertanyaan: umur ideal menikah dan apakah umur mempengaruhi kesiapan menikah? ternyata banyak yang berpartisipasi menjawab, terima kasih ya teman-teman!

Hasilnya ialah untuk umur ideal menikah 69% menjawab 23-27 tahun (90 orang; terdiri dari 67 perempuan, 23 laki-laki), diatas 27 tahun (41 orang; perempuan berjumlah 30, laki-laki 11),  lalu pada pertanyaan apakah umur mempengaruhi kesiapan menikah 46% dengan jawaban IYA (58 orang; jumlah perempuan 49, laki-laki 9), TIDAK mencapai 54% (69 orang; terdiri dari 47 perempuan, 22 laki-laki)


                           


Melalui survey sederhana tersebut terlihat mayoritas umur yang dirasa ideal menikah jatuh pada usia 23-27 tahun dengan mematahkan asumsi mengenai kesiapan umur itu penting menentukan kesiapan menikah lewat hasil presentase jawaban TIDAK sebesar 54%. Secara garis besar ideal umur menikah ada di usia 23++ jadi harap maklum betul pertanyaan diatas sering menghampiri, tapi sedikit menggelitik pikiran saya apakah pembentukan umur ideal dipengaruhi oleh penyerapan informasi couple goals beserta pertanyaan kapan nikah? (mari jawab di hati masing-masing).

Fenomena menikah muda terlihat seperti terlalu keras berkeliaran di dunia maya, pertunjukan ada karena tersedia panggungnya berupa media yang tak punya aturan main. Bagaimana media sosial menempelkan foto, video, kalimat romansa bukan semata-mata atas kehendaknya melainkan pelaku media sosialnya. Menjadikan sebagai percontohan bahwa nikah muda terlihat sempurna; bisa jalan-jalan kemana aja berdua beserta tulisan pancingan ”kan sudah halal” atau ”udah jadi istri/suami nih” tidak membuat platform media sosial bisa mengklasifikasikan ini pasangan suami-istri, ini anak abg pacaran, semua terserap di benak pelaku media sosial yang rajin scroll timeline tanpa pandang usia. Keputusan menikah muda dipengaruhi media sosial? Bisa jadi. Tergantung seberapa sering kamu rajin mengkonsumsi keseharian orang lain sebab media sosial memang racun yang merekam baik hasil scroll timeline setiap harinya.

Menikah sendiri bukan keputusan yang mudah setiap orang punya pertimbangan masing-masing terasa rumit bagi segelintir orang tapi begitu sederhana untuk sebagian lainnya. Sebenarnya saat memutuskan usia bukan jadi masalah (tentu pada konteks usia dewasa), sebagai manusia semua punya kesempatan sama untuk berpikir dan berhak atas dirinya sendiri apapun pertimbangannya. Setiap harinya kita selalu berhadapan oleh pengambilan keputusan, menikah adalah bagian dari kehidupan maka suka tidak suka kita akan dihadapi pada keputusan itu. Menikah muda hanyalah pilihan, kalaupun tidak kita tak harus seperti ’mereka’ segala keraguan, keyakinan di alam pikir dalam mempengaruhi sebuah pilihan punya porsinya masing-masing. Setiap manusia pasti memiliki jalur pengambilan keputusan berbeda  begitu juga dalam memaknai pernikahan.

Kalau media sosial pandai berkicau, tekanan sosial menghantui  biarkan lah.
Mengikuti ’mereka’ pasti lelah.
Berlapang dan percaya ada waktunya mencekah.
Hanya mantap bilang ’iya’ tanpa punya alasan romansa klasik.
Terlepas dari segala hal ’ideal’ berujung tengik.
Ego tuk temukan hal-hal ideal buat tercekik.
Akan tiba waktunya siap mengarungi bahtera.
Bersama dia yang membuatmu lengkap.
Tanpa alasan berangkap.
Sudah siap?




Komentar