Ngupi





Perjumpaan di sudut musholla buatku berdesir. Mata tertuju pada dirimu yang sedang berdoa begitu khusyu. 
Seperti kisah-kisah ftv kah?
Aku hanya menahan senyumku, sembari memandangimu bersujud di sajadah hijau. Beberapa kali aku sering memergokimu mengumandangkan adzan, lantunanya begitu menenangkanku. 
Bertemu kamu di tempat manusia berserah diri pada sang pencpita 5 waktu setiap harinya merupakan ketidaksengajaan yang menjadi rutinitas. 

Bertatap mata denganmu bukan tujuan utamaku, pada waktu siang-sore setiap harinya aku selalu menemukan sepatu kulit berwarna cokelat letaknya persis dibawah tulisan "Awas Batas Suci." Setelah aku selesai menunaikan, sepatumu masih terpampang disana enggan untuk mengintip lebih jauh lagi, tidak baik bagi rasa penasaranku. Barangkali niat beribadah bergeser maknanya sehingga ku tahan ego tak lagi mencari keberadaan si sepatu cokelat. Aku berhenti mempertanyakan pertanda dari intensitas pertemuan ini (meskipun tertutup kain hijau) sedikit celah mempertemukanku akan sosoknya. Di waktu-waktu tertentu ku simpan senyum malu-malu saat menyintas dirimu sering tersenyum menyapa para pria yang beribadah bersamamu. 

Kilas kisah ini bergemuruh manis di kepala saat aku duduk berhadapan denganmu di sebuah coffee shop. Kita tidak lekat oleh kebiasaan Ngupi Cantik namun menikmati tempat ngupi yang tenang, nyaman memberikan ruang mendalami isi kepala satu sama lain. Diterpa hujan deras diluar sana membuatku bersamanya duduk di kursi kayu ditemani secangkir minuman kosong bertepatan datangnya pelayan yang siap menerima pesanan kedua kami. Keberadaanku kali ini berawal dari kesediaannya mengantarku dengan payungnya setelah selesai menunaikan sholat margib. Tadinya hanya ingin sampai halte busway, ia menawarkan berpindah kelain tempat melihat hujan semakin mengguyur tubuh kami. 

"Mau nunggu coffee shop itu aja nggak? (jarinya menunjuk kearah sebelah kiri), hujannya makin deres soalnya."
"Boleh." Jawabku tanpa ragu.
Terbesit dalam hati kecilku untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan langka. Setiap seduhan cokelat hangat yang ku minum terasa semakin manis karena obrolan denganmu buatku betah menghabiskan waktu bersama, berlama-lama.  Aku sesekali melemparkan candaan dibalas oleh tawamu yang renyah  sambil beberapa kali membenarkan kacamatanya. 

Aku senang melihat ia bersemangat bercerita tentang apa yang sedang dikerjakannya, mimpi-mimpinya serta hobi-hobinya yang sudah lama ia gemari. Aku seperti melihat sosok anak kecil yang antusias menceritakan hasil pra-karya di sekolah tadi. Perawakan dinginnya berubah menjadi sangat cair dan beriak, terlihat matanya berbinar-binar pada setiap ucapannya padaku. 

"Eh, udah reda nih aku harus buru-buru balik sebelum kemaleman." Kataku, yang sudah menghabiskan 4 gelas cokelat hangat selama bertukar pikiran dengannya.
"Kamu tinggal dimana?"
"Dearah Kuningan."
"Aku anter aja ya, kebetulan kita searah. Aku bawa mobil kok." Menatapku meyakinkan dengan senyumnya yang ramah.
Aku pun hanya meresponnya lewat satu anggukan.
Obrolan kami akhirnya berlanjut sepanjang perjalanan.

Tempat ngupi
Tak selalu untuk orang yang berniat ngupi
Atau penggila kopi
Bisa rumpi
Bisa bertukar isi
Sambil senyum-senyum hepi
Sekarang aku paham kenapa sering dinamai Ngupi Cantik
Karna di tempat ngupi kamu bisa temukan momen 'cantik' berisi
Tuk asupan energi
Mensyukuri hari-hari
Tanpa menyesali
Khususnya setelah pertemuan tadi

Komentar