Udah Jadi Apa Sekarang?

"Udah umur 23 tahun rencana kedepannya mau apa?"

Semakin bertambah umur tentu menempatkan diri pada posisi 'pencapaian' dan 'rencana masa depan'. Kalaupun dilemparkan kepada saya, jawabannya adalah 'gak tau'.

Hidup itu penuh kejutan. Seberapa keras manusia merancang alur hidup demi sebuah pencapaian pemegang skenario kehidupan bukan sepenuhnya di tangan manusia. Saat menentukan pilihan hidup, selalu disertakan pemikiran rasional mengacu pada path yang terancang matang di kepala, namun lupa menyertakannya dalam setiap pilihan. Ketika gagal, teringat sejenak tuk mengadukan kegelisahan kepadanya mempertanyakan kenapa gagal? Menghukum diri, menyalahkan ketidakadilan hidup, membandingkannya dengan keberhasilan orang lain.

Disisi lain saat sudah jadi apa, malah digilai ambisi demi sebuah hasil lalu mengabaikan proses. Tidak sedikit pula menjadi apa-apa malah melupakan orang-orang sekitar yang menemani perjalanan serta acuh ucap syukur kepadanya. Setelah sudah mendapatkannya, hanya berfokus pada bagaimana caranya menggengam erat tanpa menyadari kuasanya bisa kapan saja melepaskan apa yang ada digengaman.

Label jadi apa begitu powerful untuk mempengaruhi, memotivasi, memberi energi positif para pengagumnya. Aktualisasi diri memang menggiurkan, sekejap merasa diri sudah punya kemampuan mempuni, menunjukan bahwa mimpi bukan sekedar ilusi. Disisi lain ada orang-orang berusaha keras bermimpi tapi terbentur oleh kenyataan, ada  pula orang-orang yang memutuskan enggan bermimpi.

Di usia ke-23 saya hanya percaya tidak perlu terlalu menggilai unsur kehidupan, cukup mensyukuri, menghargai setiap prosesnya dengan menundukkan kepala menggenggam sesama tanpa memikirkan saya sudah jadi apa. Sesekali hidup berasa seperti sirkuit balap, dikejar-kejar mana yang terlebih dahulu sampai puncak kesuksesan, dipertanyakan mengenai pencapaian, dibuat berputar-putar oleh perjalanan hidup yang sulit ditebak.

Terpenting....

Hidup berkah,
Bukan hidup serakah.
Bergengaman,
Bukan saling mendendam.
Berserah,
Bukan merekah.
Menyertakannya,
Bukan menghiraukannya.

Teuruntuk orang-orang terkasih, terima kasih telah menemani perjalanan selama 23 tahun. Pernah hadir maupun masih berada di sisi saya, terima kasih atas segala pembelajaran hidup. Mohon diingatkan jikalau suatu hari nanti saya terlalu menggilai duniawi. Hidup cuman sebentar, akan berasa lebih lama setelah hidup di dunia dipertanggungjawabkan dihadapannya.

Di usia berapapun gak perlu jadi apa-apa untuk berbuat baik, menggengam sesamanya.
Gak perlu jadi apa-apa untuk menjadi orang yang rendah hati.
Gak perlu jadi apa-apa untuk bersujud kepadanya.
Karna kita semua sama, sama-sama manusia, bukan apa-apa.



Komentar