PART 3: Berjarak Tuk Merindu





Sebelum lanjut, baca dulu PART 2: Masih Tersisa
http://avinirazy.blogspot.co.id/2017/04/part-2-masih-tersisa.html
------------------------------------------------------------------------------

Semakin lama, aku menyadari betapa pengecutnya,
Selalu ada disampingmu tapi tak pernah ku menyatakannya.
Sampai kamu begitu mudah menjauh, kini berjarak.
Aku memaklumi, mungkin saatnya menepikan rasa yang justru membuatku semakin merindu.

Semenjak kejadian itu, Raka menjauh dari Vira, menyaksikan senyum Vira selalu tersungging manis saat ’laki-laki’ itu menjemputnya. Pagi hari ini ditemani setir mobil dan alunan musik yang biasanya dinyanyikan bersama Vira, hanya lantunan berteman kenangan.

Whatsapp tak pernah lagi memunculkan nama Vira dilayarnya, suaranya yang khas meributkan belum sarapan pagi sudah hilang gaungnya. Tawanya selalu saja terngiang, ingin rasanya menatap matanya tajam mengutarakan kerinduan.

Raka memilih jadi angkuh, ia hanya mendekati Vira ketika ada kerjaan yang memang harus diselesaikan maupun urusan meeting. Vira berkali-kali mencoba mengajak Raka berbicara, makan siang bersama, Raka selalu menolaknya.

”Gila nih gue lama-lama.” Bisik Raka dalam hati.

Setiap hari ia berpura-pura sinis, berkali-kali pula mata Vira seakan menunjukkan kekecewaan. Raka berusaha keras memalingkan wajah menghindari menatap kekecewaan sang pujaan hati.

Raka memilih menerima tawaran bertugas di Malaysia selama 2 minggu, ia rasa pilihannya dapat memberikan waktu untuk menenangkan diri, berhenti membohongi dirinya sendiri. Selama di Malaysia ia menikmati hari-harinya dengan pekerjaan yang padat, membawanya duduk di apartemen bersama seorang wanita.

”Gimana kabar kamu sekarang ka? Aku nggak nyangka kita malah ketemu di Malaysia.” Wanita berambut pirang ini mencoba membuka pembicaraan.
”Kabar gue baik kok, gue juga nggak nyangka client gue ternyata lo. Udah lama ya.........”
”Sejak.......... aku ninggalin kamu karena orang lain.” Wanita itu mencoba melanjutkan perkataan Raka.
”Udah lewat, nggak perlu dibahas.” Raka mencoba mendinginkan suasana.

”Aku rencananya balik ke Indonesia, mau lanjutin bisnisku disana. Makanya aku jadi client kamu.” Sambil mendekatkan posisi duduknya 1 sentimeter lebih dekat dengan Raka.
”Kenapa lo mau bikin bisnis di Indonesia? Bisnis lo disini kan udah bagus.”
”Aku kepingin lebih deket sama kamu.” Mengucapnya persis ditelinga Raka.
Raka bangkit dari kursinya, meletakan gelasnya di meja kemudian beranjak pergi.

”Sa, gue pamit dulu ya ada urusan lagi. Besok-besok kalau mau ngomongin kerjaan nggak usah di apartement ya. Kita meeting diluar aja.” Raka bergegas meninggalkan Alsa.

Raka mencoba menenangkan dirinya, bisa saja hal yang tidak diinginkan terjadi. Membuatnya kembali mengingat apa yang pernah dialami sebelumnya bersama Alsa. Selama 3 tahun Raka berpacaran dengan Alsa, godaan-godaan semacam ini sering dilakukan Alsa selama keduanya menjalin hubungan namun selalu ditolak oleh Raka.

Saat memergoki Alsa bersama laki-laki lain, ia menyerahkan keputusan kepada Alsa bahkan tak ada sedikit pun terlintas dibenaknya untuk mengakhiri hubungan mereka, sampai akhirnya wanita berambut panjang itu pergi meninggalkannya.

Tepat hari terakhir di Malaysia, Raka terkejut saat ada seseorang berkali-kali membunyikan bel kamar hotelnya ia berjalan lunglai sambil membuka pintu kamarnya.

”Siapa ya pagi-pagi gini?”
Mata setengah terbuka dengan kaos polos putih bersama celana boxer birunya ia terkejut melihat sosok wanita yang ada didepan kamarnya.
”VIRA???????????????” Berkali-kali Raka mengusap matanya meyakinkan bahwa wanita dihadapannya benar-benar Vira.
Raka secara spontan memeluk gadis didepannya
“Vir… kangen, gue nggak nyangka lo susulin gue kesini.”

Wanita itu terdiam, tiba-tiba menempeleng kepala Raka.

”Lagian sih sok judes sama gue, kangen juga kan.” Goda Vira.
”Ngapain lo disini? Ayo masuk.” Raka masih tidak percaya.
”Udah sana mandi dulu, hari ini kita harus meeting. Gue tunggu diluar.”

Penuh semangat Raka bergegas menyiapkan diri.
Sepanjang jalan, Raka masih tak menyangka ada gadis yang ia rindukan di sebelahnya saat ini.

”Ngapain lo kesini Vir? Disuruh pak bos?.”
”Mau nyusul lo aja, tapi gue izin pak bos ada urusan keluarga dadakan, lagian besok juga hari Sabtu.”
”Terus beneran meeting??.” Raka mulai bingung.
“Ya nggak lah hahaha, jalan-jalan aja yuk! Muka lo nggak usah kaget gitu ah.”
”Kangen juga ya?” Raka mengusap rambut Vira.
Vira hanya terdiam mengangguk, menandakan dirinya mengiyakan. 

Menapaki sepanjang jalan yang menunjukan menara petronas keduanya berhenti persis di depan air mancur sambil duduk menikmati es krim. Raka tak melepaskan pandangannya pada Vira yang selama ini ia rindukan.

”Vir maafin gue ya.” Raka membuka percakapan.
”Gue tau kenapa lo kaya gitu kok, jadi nggak perlu minta maaf.”
Raka kaget mendengar respon serius dari Vira.
“Hah? Emang lo tau gue minta maaf karena apa?.”
”Gak tau sih hahahah! Gue sok serius aja. Lagian gue seneng sekarang bisa ngobrol lagi sama lo, gue kangen.”

”Makan disana yuk.” Raka langsung menarik tangan Vira meninggalkan tempat mereka duduk.

Duduk berdampingan di pesawat, Vira tertidur pulas dipundak Raka. Hari terakhir di Malaysia ia nikmati menghabiskan waktu menjajaki berbagai tempat makan sampai menemani Vira berbelanja. Keduanya menikmati obrolan, saling bercanda, Raka pun berusaha tidak membahas hal-hal pribadi terutama tentang sosok lelaki itu.

”Bagaimanapun lo, sejauh apapun gue mencoba berjarak tetap saja rindu, selalu berujung lo.” Gumam Raka dalam hati sambil menggenggam tangan Vira yang sedang tertidur.

Bandara begitu ramai terlihat banyak orang menanti di depan pintu kedatangan, memastikan apakah orang yang ditunggu sampai dengan selamat. Wajah penuh penantian berubah menjadi senyum lega, pelukan hangat. Senang rasanya membayangkan jika menunggu bercampur kecemasan berujung manis.

Seperti menunggu Vira, sekarang rasa cemas begitu bergejolak sampai sudah merasa kalah karena hanya bisa meratapi dia dengan orang lain perasaan pun tertahan menyesakkan dada. Entah sampai kapan si pengecut ini bertahan.

Melihat senyumnya lagi seperti siksaan dan kerinduan secara bersamaan, seakan ingin memeluknya erat namun keinginannya berubah pilu melihat layar hp Vira bergetar bertuliskan nama Tian. Vira menangkap tatapan itu membuatnya enggan menjawab panggilan dari Tian.

”Besok berangkat kantor bareng lagi dong!.” Vira mencoba memecahkan suasana hening hampir 1 jam perjalanan di tengah kemacetan ibu kota.
Raka hanya membalasnya dengan anggukan.

Vira memutuskan untuk mengantarkan Raka terlebih dahulu, melihat wajah Raka sudah terlihat lelah. Ketika Vira berniat memeluk Raka menutup perjumpaan hari itu, tiba-tiba datang seorang wanita yang berlari menuju Raka, memeluknya.

”Aku udah tunggu kamu daritadi. Ternyata jam terbang kita beda yah, padahal udah sengaja aku samain harinya biar bareng kamu.” Celoteh wanita itu.

Vira segera bergegas meninggalkan Raka dengan taxi yang ditumpanginya.

”Bye, ka... istirahat ya!” Tutup Vira.

Kadang rindu memang begitu menggebu meski awalnya ingin sekali dihiraukan, tapi saat berusaha mengobati rindu tanpa sadar ada jeda yang terlewati mungkin saja memberikan ruang untuk 'orang lain'. Akankah setelahnya jadi rindu berkepanjangan tanpa kejelasan atau rindu yang bersambut?

Vira meratapi jendela kamarnya menikmati hujan ditemani deringan hpnya yang terabaikan. Ia memilih berteman selimut bersama tanda tanya besar dikepalanya tentang sosok wanita bersama Raka tadi sore. 

Komentar