“Dunia ini lebih luas dari ruang kelas………………….”
Kutipan lagu Kunto Aji – Pengingat membuat
tersadar bahwa dunia memang lebih luas dari ruang kelas tapi kenyataannya ruang
kelas selalu membawa pada kerinduan, mendalam.
Ketika semua mahasiswa/i di semester akhir
berteriak “Pengen cepet-cepet lulus, muak sama kampus.”
Atau
Saat semua mahasiswa/i yang harus
menghadapi tumpukan tugas, presentasi serta kelas dari pagi hingga sore
mengeluh ”Kenapa sih tugas gak pernah berakhir? Pengen cepet lulus rasanya”
Setelah lulus nanti justru ingin rasanya
kembali pada masa-masa menjadi mahasiswa/i. Kenyataannya dunia ini memang
begitu luas, persaingan di luar sana begitu ketat bahkan prestasi, pengalaman
organisasi apapun tak terasa mewah lagi. Ini bukan soal pengalaman organisai, aktif
di banyak kegiatan maupun prestasi tidak penting, (mungkin) membantu tapi
sesungguhnya persaingan tetaplah persaingan mau tak mau semua mulai lagi dari
0.
Terlepas dari bagaimana makna ”dunia
memang sangat luas” dan mungkin jauh lebih kejam (?).
Suasana kampus, kegiatan kampus, ruang
kelas, teman-teman kampus adalah hal paling dirindukan.
Ruang kelas selalu
punya makna.............
Dosen mengajar lalu mengantuk di pojokan
kelas, duduk paling depan masih sempet-sempetnya ngobrol, izin ke toilet
ternyata malah jajan, suruh diskusi malah ngobrolin hal lain, kuis dadakan di
pagi hari, hingga
cabut di jam kedua karena bosen belajar.
Terlalu banyak kenyaman yang didapatkan
selama masa perkuliahan. Lingkungan selalu suportif, siapapun yang berada
didekat saya selalu punya cara masing-masing menunjukan jiwa suportif mereka.
Meskipun tugas kuliah numpuk, kegiatan organisasi menguras tenaga habis-habisan
saya selalu merasa membaik ketika bertemu teman-teman. Terlalu banyak
teman-teman yang membuat saya sangat nyaman melewati masa-masa perkuliahan saat
susah maupun senang.
Salah satu dosen saya pernah bilang; ”Keliatan
zona kampus itu zona nyamannya kamu, kalau mau berkembang emang harus coba
keluar dari zona nyaman”
Iya, saya merasa zona nyaman saya ya ”dunia
perkuliahan” bahkan bisa dibilang terasa mudah dan cepat berinteraksi dengan
banyak orang di kampus dari berbagai lapisan.
Saya rindu dengan zona nyaman ini, tapi sayang
tidak pernah bisa kembali lagi.
Kalau boleh izinkan saya mengutarakan
kerinduan ini.
Karna dari zona nyaman ini, saya belajar
lebih percaya diri.
Saya
menemukan kepercayaan bahwa hidup ini bukan soal saya, tapi banyak orang.
Saya
belajar setiap pertemuan punya arti.
Saya
tau bahwa ‘solidartias’ dan ‘kekeluargan’ itu nyata, yang ‘tulus’ masih ada.
Saya
mengerti kebaikan sekecil apapun bisa berdampak besar buat orang lain.
Saya
belajar memahami keinginan untuk berkembang lebih baik dibandingkan keinginan
menunjukan kehebatan diri.
Saya
belajar rendah hati.
Saya bisa menjadi diri saya sendiri.
Bahkan masa-masa tidak enak yang saya
lewatipun selalu membuat saya bahagia diakhirnya (dulu).
Saya merasa zona nyaman ini memberikan
energi berlebih. Saat harus lepas dari zona nyaman, saya kehilangan energi,
ingin rasanya menarik diri untuk kembali.
Mari nikmati.
Dimanapun saya berpijak, harapannya hanya
ingin energi saya kembali lagi.
Semoga lekas kembali! :)
Komentar
Posting Komentar