Tempat Singgah


Hari ini kisah Raia – River dalam buku The Architecture of Love karya Ika Natassa mengajarkanku akan sebuah persinggahan dan takdir. Aku memutar kembali pada satu kisah ketika waktu mempertemukanku pada sosok kamu. Bertemu kamu bukan seperti kisah sinetron yang bertabrakan ketika membawa buku, tapi pertemuan tidak sengaja membawa kita terjebak dalam sebuah obrolan, dan berlanjut kemudian. Mungkin kisah ini tak bisa ku tuliskan dengan baik, cukup ku kenang sebaik mungkin.

Kembali pada kisah Raia – River dan kamu, aku menemukan benang merah bahwa kadang untuk meninggalkan atau ditinggalkan, beralasan atau tidak, tidak pernah menyenangkan. Dulu aku berharap aku punya alasan kuat kenapa akhirnya aku memilih mundur perlahan meninggalkan kisah yang aku mulai, ternyata tidak. Sampai hari ini rindu masih tersisa, tanya masih menyelimuti pikiranku akan keputusanmu yang juga pergi tanpa alasan.

Aku tau, beralasan atau tidak pun tidak membuat kisah kita jadi seindah Raia – River pada akhirnya. Aku tau, mungkin ini ilusi bodoh yang kuciptakan sendiri akan kamu. Dulu yang aku tau pasti, kamu membuatku berhenti menggunakan kata ”Tapi”. Aku menikmati segala keteduhan yang kamu ciptakan atau mungkin tak pernah kamu ciptakan namun aku merasakannya, setidaknya begitu.
Menjadi persinggahan mu merupakan bagian menarik dari hidupku. Aku tau akhirnya pasti ditinggal pergi, aku tau kamu hanya singgah, bukan menjadikan ku tujuan.

Setidaknya aku tau itu, membuatku berhenti mempertanyakan alasan kenapa akhirnya kamu memutuskan pergi dan aku membiarkannya.


Aku menikmatinya.


Mungkin, menjadi tempat persinggahan tidak selamanya buruk. Aku belajar bahwa banyak dalam hal-hal krusial di hidup ini tak memerlukan alasan, khususnya soal perasaan. Tak ada yang dapat menjelaskan dengan pasti cara kerja perasaan dari mulai kenapa hal tersebut muncul, kenapa akhirnya diperjuangkan hingga kenapa akhirnya memutuskan untuk pergi.

Maka untuk menutup keterkaitan kisah Raia – River dengan kamu, Aku selalu percaya akan takdir seperti kalimat menarik dalam novel tersebut;
”Cinta memang terlalu penting untuk diserahkan kepada takdir, tapi segigih apa pun kita memperjuangkannya, tidak ada yang bisa melawan takdir” (The Architecture of Love, 2016)

Aku tak sekuat itu melawan takdir.
Aku berusaha melakukan yang terbaik, meski aku tau berjuang bukan berasal dari satu pihak kan? Jika memang aku belum pantas untuk diperjuangkan,
Aku menyerah.
Aku mundur perlahan.
Aku biarkan kamu pergi pelan-pelan, tanpa pesan.

Tempat singgah tak seburuk itu, semua orang butuh tempat untuk singgah sekedar beristirahat sejenak menikmati pemandangan atau menghabiskan waktu menikmati obrolan. Semua butuh tempat singgah untuk meredam lelah atau sekedar menikmati keindahan sejenak, lalu pergi.

Tak apa.........
Aku percaya meski tidak seindah kisah Raia – River, akan ada kisah menarik lainnya yang akan ku ukir mungkin bersama kamu atau yang lain.

Semoga kamu bahagia selalu J

Komentar

  1. "Seindah-indahnya cerita yang kamu buat, tetap kisah-Nya adalah yang terbaik",

    seingin itupun aku tetap berjuang, penyesalan dan semua hal hingga kini kembali membawaku untuk tetap mengenang, senyumun selalu akan singgah dalam hatiku.


    Iyak, saya jadi curhat ka. AHHAHAA.

    makasih loh ka, bapernya dapet apa lagi untuk
    " meninggalkan atau ditinggalkan, beralasan atau tidak, tidak pernah menyenangkan."

    mungkin akan saya pinjem buat dikutip :) hehehhe

    BalasHapus
  2. "Seindah-indahnya cerita yang kamu buat, tetap kisah-Nya adalah yang terbaik",

    seingin itupun aku tetap berjuang, penyesalan dan semua hal hingga kini kembali membawaku untuk tetap mengenang, senyumun selalu akan singgah dalam hatiku.


    Iyak, saya jadi curhat ka. AHHAHAA.

    makasih loh ka, bapernya dapet apa lagi untuk
    " meninggalkan atau ditinggalkan, beralasan atau tidak, tidak pernah menyenangkan."

    mungkin akan saya pinjem buat dikutip :) hehehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih tiara udah baca! senang!!!😊😊
      boleh tuh kata-kata kamu tulisan dr lanjutan tulisan ini? ehehehe.

      Hapus
  3. kadang kita bertemu seseorang, sesuatu terjadi lalu kita renungkan dan muncul menjadi tulisan. sekedar pengingat diri bhkan bisa jadi motivasi untuk org lain. kepiluan kadang menjadi sebuah sudut pandang untuk orang lain.

    tapi saya memulainya dari menulis sebuah passion,sebuah idealisme, sebuah mimpi dan harapan.lalu saya menemukannya,jatuh cinta (sejak sebelum bertemu dgnnya) dan pasti akan saya jaga.

    hidup kadang bukan hanya sekedar angka tp lebih kepada urutan. 01 menjadi kecil 10 menjadi sempurna...

    BalasHapus

Posting Komentar