bercerita berdasarkan pengalaman seorang teman dekat......
Sepertinya aku merasa akhir-akhir ini ada seseorang pelan-pelan masuk kedalam ruang hati yang sebenarnya ingin ditutup rapat-rapat sementara waktu akibat sudah lelah rasanya ruang ini disinggahi tamu, kemudian berlalu.
Waktu membiarkan aku dan kamu seperti berada pada benang tak terlihat bertuliskan "kita"
Mungkin sebagai tanda yang mengikat, namun nampak samar-samar, buram.
Temanku bilang...... "Kalian itu gimanasih? pacaran?"
Pertanyaan ini tak pernah bisa ku jawab, seperti tertampar sesaat membuat banyak pertanyaan menumpuk memutar otakku begitu kencang, menghempaskan kamu dikepala dan kepastian yang seakan seperti angin kadang sejuk, kadang gerah. Pertanyaan itu tak pernah bisa kujawab, seperti pertanyaan "kapan nikah?" padahal calon pacarpun tak ada. Begitulah kira-kira pedihnya....
Pertanyaan itu menusuk pikiran dan membolak-balikan rasa, seperti menghentak emosi; Apa maksud dari pesan singkatmu yang setiap hari hadir di layar ponselku? Apa maksud dari perhatian-perhatian manis yang kau curahkan padaku? Apa maksud dari rasa cemburu yang terkadang muncul jika membicarakan laki-laki lain? Atau ketidaksukaan lainnya yang membuat kamu meributkan hal-hal kecil?
LALU SEBENARNYA KITA ITU BAGAIMANA?
Uraikan dan jelaskan! :p
Yah... aku belum tau jawabannya,
Terlalu rumit, lebih rumit dari pertanyaan "kapan nikah?" mungkin.
Terlalu rumit, lebih rumit dari pertanyaan "kapan nikah?" mungkin.
Aku tak punya keberanian untuk menanyakan
Aku hanya berani mempertanyakan tentang bagaimana sebenarnya dirimu terhadapku dalam alam pikir, memunculkan ketidakpercayaan diri dan harapan indah yang mulai layu.
Aku sudah jelas punya rasa yang mulai tenggelam pada lapisan terdalam bahkan menggembung ingin tumpah ruah, berceceran.
Tapi sayang... sekalipun itu berceceran apakah kamu bersedia memungut untuk sekedar mengembalikannya padaku dan bilang;
"Tenang, kamu tak perlu begini sayang.... Aku akan menyusun semua dengan baik dan menjaga hatimu sungguh-sungguh untuk aku pertahankan, luapkanlah apa yang kamu rasakan padaku dalam dekapanku tanpa waktu yang tak terukur dan tanpa kamu sadari hatimu terjaga utuh. tak akan kubiarkan runtuh."
Ataukah....
Kamu akan memungut untuk sekedar membuangnya, lalu kamu tinggal pergi.
Kemungkinan terakhir itulah yang membuatku takut untuk melangkah
Aku seakan tak siap kehilangan atau merasakan sakit ketika tau sebelah hati yang dia cari bukan aku
Sosoknya selama ini telah berhasil membuatku jatuh hati, bagiku dia tak punya duplikat...
Bahkan sangat sulit rasanya diluar sana menemukan sosok sepertinya.
Tapi...
Sampai hari ini aku hanya bisa menunggu
Menunggu kamu yang tak kunjung membawaku pada perapianmu (begitu hangat dan dekat)
Hati ini berkali-kali layu
Namun lagi-lagi sekokoh kayu
Menyambut kamu yang masih kaku
Aku terapung bersama ribuan tanya tentang kamu, seakan mengambang tanpa kejelasan apapun
Kamu alasanku menunggu...
Sampai akhirnya..
Aku merasa menunggu kamu si "Penakluk Hati" sebagai caraku menutup lubang-lubang kecil penuh tanya
Sekarang aku tak butuh ketegasan yang berarti darimu
Aku hanya berdoa pada tuhan untuk menguatkan hati dari kelelahan menunggu
Atau mungkin, menguatkan keberanianku untuk menanyakan tentang ganjalan dihati yang kian terjepit, sakit
Karena..
Bagiku....
Menunggu itu dungu :)
Komentar
Posting Komentar