Mengingat Kembali




Setiap manusia pernah berada pada putaran masa lalu yang kemudian membentuk diri menjadi pribadi yang lebih utuh, mungkin masa lalu merupakan serpihan-serpihan rapuh yang terbang bersama debu karena dianggap masa kelabu namun tidak selamanya masa lalu selalu kelabu, masa lalu adalah putaran waktu yang bermutu.


Aku menempatkan masa lalu ku pada putaran waktu yang bermutu…. Menurutku setiap waktu yang berjalan punya nilai bermutu, termasuk masa laluku…. Karena masa laluku adalah bagian dari waktu didalam hidupku.
Waktu berjalan begitu cepat, bahkan seringkali aku tak dapat memaksimalkan waktu sehingga berujung pada penyesalan. Bicara mengenai masa lalu membawaku pada waktu untuk “mengingat kembali”

Aku senang mengingat kembali hal-hal yang pernah kualami, bagiku semua hal yang terjadi didalam hidupku dari mulai aku lahir didunia ini hingga saat ini merupakan rentetan pelajaran hidup yang membentukku menjadi diri yang semakin bermutu.


Aku pernah merasakkan kesedihan teramat dalam, kebahagiaan berlipat ganda, keterpurukkan, kebangkitan.. Hal-hal ini menjadi siklus rutin di setiap cerita hidupku. Seketika ingin rasanya mengehentikan waktu, mencoba untuk memperbaiki sesuatu yang disesali lalu kemudian melanjutkan kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan, tapi apakah hidup semudah itu? Kurasa tidak…
Manusia hadir didunia bukan untuk merasakan kebahagian tiada akhir, tapi hadir untuk saling belajar satu sama lain, belajar memahami diri sendiri dan terpenting adalah belajar bertanggung jawab terhadap apa yang telah diperbuat, tuhan tau mana yang baik untuk umatnya, tuhan juga mengajarkan manusia untuk tidak sombong karena dimanjakan oleh segala kebahagiaan di dunia ini,  namun diajarkan untuk bersyukur atas apa yang telah tuhan berikan, tuhan memberikan kesulitan, kesedihan tujuannya adalah mengingatkan manusia agar tidak lupa akan nikmat tuhan dan semakin mendekatkan kita padanya melalui doa yang tak kunjung henti dipanjatkan meminta kekuatan dalam menjalani kehidupan yang fana ini.

Ketika mengingat kembali, maka aku teringat tangisanku yang begitu menyesakkan dada, menguras tenaga, bahkan membuatku seketika lemah tak berdaya. Begitu pedih………… luka itu terasa sangat dalam, setiap tetesan air mata yang keluar dari pelupuk mataku menandakkan tetesan darah perih yang kurasa. Ini bukan salah siapa-siapa, ini juga bukan salah rasa, tapi ini kebodohan….. kebodohan yang sudah menutup logikaku rapat-rapat, menutup telingaku atas gaungan orang-orang sekitarku yang meberikan petuah, merambunkan penghlihatanku akan setitik cahaya yang akan mengeluarkanku dari kegelapan, aku terperangkap pada dominasi rasa entah apa namanya, tapi rasa ini sungguh tak masuk akal tidak dapat dimengerti oleh sebagian orang, mungkin bukan sebagian orang tapi semua orang, bahkan ditelaah menggunakkan logikapun sama sekali tidak masuk akal.

Aku tak mengerti kebodohan macam apa, aku seakan tertidur cukup lama dalam balutan kesakitan yang terkadang muncul tak diduga secara tidak sadar membuat  air mata ini menetes. Seiring berjalannya waktu, aku terbawa arus waktu yang membolak-balikkan rasaku setelah berkali-kali kumenelan rasa sakit, bahkan aku berada pada titik terlemah…. Hari kehari, waktu kewaktu angin berhembus seakan menamparku begitu keras, menjatuhkanku dari tebing tinggi bertubi-tubi mengangkat kembali lalu dijatuhkan lagi, berlangsung berkali-kali, hingga aku benar-benar terbangun dari mimpi yang telah membuatku terjebak dalam angan berlebih, dan luka yang teramat perih.


Pada akhirnya aku terbangun dan mampu bangkit lagi, meskipun rasa sakit itu terus mengiringi, aku percaya ini adalah saatnya aku melangkahkan kaki dari masa lalu yang menyayat hati, kini aku dibantu oleh orang-orang yang kusayangi untuk bangkit kembali. Tuhan memberikan ku kekuatan serta keteguhan hati yang membuat aku semakin yakin menatap masa kini. Mata hati ini mulai terbuka melihat setitik sinar baru, merubahku menjadi manusia yang semakin bermutu..
Terimakasih tuhan, terimakasih atas segala perjalanan hidup yang luar biasa ini meski selama perjalanan aku seringkali mengkhianatimu tapi kini aku bersyukur karena engkau masih menegurku, mengingatkanku, memberikanku kesempatan untuk memperbaiki diri lebih baik lagi, serta mengajarkanku arti “tanggung jawab” yang sesungguhnya kau kuatkan didalam benakku sampai akhirnya aku berani melangkah jauh dari hari-hari yang cukup sulit, terimakasih engkau telah mendengarkan doaku, disetiap sujudku, disetiap lantunan doa yang memberikanku kekuatan untuk melangkah jauh lebih kuat, dan terimakasih engkau telah memberikan tiang yang kuat dalam menjagaku ketika aku rapuh yaitu kedua orangtuaku.


Terimakasih atas segala pelajaran hidup yang sangat bermutu ini, aku malu karena pernah menjadi manusia dungu dan seringkali melupakanmu. Terimakasih masa laluku yang membuatku bisa menjadi manusia yang baru, aku hanya kapok tapi aku tak pernah menyesali, aku bahkan tak akan pernah bosan untuk mengingat kembali karena segala perjalanan hidup yang pernah terlewati adalah inspirasi…….






Komentar