Semasa
kecil saya adalah anak yang cenderung pendiam bahkan orang tua saya sering
mengatakan saya sebagai anak yang pengertian, tidak pernah menuntut untuk dibelikan
mainan baru, tidak cengeng, bahkan saat berumur dua tahun saya sudah tidur
dikamar sendiri tanpa ditemani orang tua dan ketika malam hari terbangun untuk
buang air kecil pun saya tidak pernah merengek minta ditemani tapi saya
melakukannya sendiri, tanpa ada rasa takut seperti anak kecil pada umumnya.
Meski saya anak yang susah makan tapi setidaknya saya bukan anak kecil rewel
yang ingin segalanya dituruti, saya menjadi anak kecil pendiam yang
pembawaannya tenang. Tumbuh menjadi anak
kecil polos yang hobinya bermain masak-masakkan, boneka, sepeda hingga
permainan laki-laki membuat saya menjadi anak yang senang mencoba hal-hal baru
penuh tantangan dan menyenangkan. Dari sekian banyak hal yang saya coba ikuti
ada salah satu hobi paling aneh semasa kecil, yaitu bicara sendiri. Sebagian
orang mungkin merasa ini aneh bahkan sering diasumsikan bahwa anak kecil yang
suka berbicara sendiri berarti sedang berbicara dengan mahluk halus semacam
setan atau tuyul? Hehe. Ini asumsi menggelikan yang sebenarnya tidak pernah
saya rasakan, saya tidak bisa melihat hal-hal mistis seperti itu apalagi hingga
bisa berbicara dengan mahluk halus, mustahil.
Mungkin
karena terlahir sebagai anak tunggal membuat saya terbiasa dirumah sendiri
tanpa ada teman bermain, ataupun teman untuk mendengar ocehan saya. Yaa… meski
identik dengan anak pendiam tidak bisa dibohongi bahwa sebenarnya saya anak
yang senang bicara. Saya juga tak mengerti atas dasar apa saya senang berbicara
sendiri, saya mengasumsikan bahwa hobi aneh ini berasal dari hobi saya bermain
boneka yang suka menggunakkan suara untuk membuat boneka terlihat bisa
berbicara, atau untuk bermain boneka seperti serial drama dimana boneka
tersebut dapat saling berdialog. Ketika sedang merenung saya suka tiba-tiba
berbicara sendiri seolah saya berbicara dengan seorang teman, seringkali berbicara
didepan cermin untuk melakukan hal yang sama, percaya atau tidak hal ini
menyenangkan meskipun aneh tapi ketika saya diberikan kesempatan berbica
sebebas-bebasnya secara spontan entah sangat seru! Memang tidak ada yang
merespon terhadap apa yang saya ekspresikan namun saya seperti merasa memiliki
pendengar yang baik yaitu, ruang hampa ataupun benda mati seperti cermin yang
memantulkan sisi lain dari diri saya untuk menjadi bagian dari teman bicara
didalam kesendirian, kesepian.
Orang
tua saya juga mengetahui tentang hobi anaknya yang senang berbicara sendiri ini,
mungkin awalnya membingungkan terhadap apa yang saya lakukan namun
lama-kelamaan hal tersebut menjadi biasa karena tidak ada yang aneh dari
kebiasaan itu dan saya bukan anak ajaib yang bisa berbicara dengan mahluk halus….
Bahkan ketika itu bunda sempat berbincang oleh tante saya yang kebetulan adalah
pembawa acara berita di salah satu stasiun televisi swasta dan membicarakan
soal hobi saya yang suka berbicara sendiri, lalu tante saya bilang bahwa ketika
kecil dia memiliki hobi sama seperti saya dan ia secara spontan tercetus “Nanti
gedenya mau jadi MC tuh, atau berbakat juga jadi pembawa acara berita” semenjak
itu bunda sama sekali tidak pernah khawatir tentang kebiasaan saya, dan
terbukti lama kelamaan kebiasaan tersebut membuat saya tumbuh menjadi anak yang
lebih percaya diri.
Kebiasaan
semasa kecil itu masih terbawa hingga saya bertambah dewasa saat ini. Aneh? tidak…
karena menurut saya dengan berbicara sendiri sesuka hati mampu mengalirkan
ekspresi tanpa batas dengan mengutarakan pemikiran-pemikiran tentang apa yang
saya pikirkan dan rasakan yang mungkin selama ini hanya dipendam, sulit untuk
dikatakan, apalagi diceritakan oleh orang-orang tedekat dan setelah melakukan
ritual ini saya merasa lebih lega. Semakin dewasa saya makin merasa kebiasaan saya berbicara sendiri
ini adalah salah satu kegiatan yang produktif. Ketika merasa resah, rasanya
banyak hal yang melayang-layang dipikiran seakan menumpuk tanda tanya didalamnya
membuat kemudian memaksa pikiran saya untuk masuk kedalam pemikiran yang lebih
dalam dan berusaha menemukan solusi dari setiap tanda Tanya yang saya temukan. Semakin
bertambah umur maka membawa saya pada sosok yang gemar berpikir mungkin
seringkali berimajinasi terhadap hal-hal yang saya impikan seakan terasa
mungkin terjadi dan terkadang mencetuskan cita-cita baru yang ingin saya capai
kedepannya.
Ketika
menjadi sosok yang gemar berpikir maka hal sesederhana apapun menjadi materi
didalam pemikiran saya, merenung menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk
memikirkan apa yang tak henti-henti saya pertanyakan terutama mengenai hal-hal
sederhana tentang hidup. Tentu berpikir saja tidak cukup, ketika berpikir maka
perlu untuk diekspresikan didalam sebuah perkataan entah saya suka gemas ingin
mengutarakan apa yang saya pikirkan melalui omongan atau mungkin kepada teman
bicara saya, maka saya adalah orang yang sangat senang ngobrol banyak hal sama
orang lain sambil saling bertukar pikiran. Nah.. melalui kebiasaan saya
berbicara sendiri ini lah saya bisa mengekspresikan pemikiran saya akibat tidak
semua hal yang bisa saya bicarakan kepada banyak orang karena tidak semudah itu
ternyata…. Maka kebiasaan itu sering saya lakukan untuk secara spontan saya
utarakan.
Saat
berbicara didepan cermin maka semua pemikiran yang bercampur didalam otak
seakan tumpah dan begitu mudah dikeluarkan secara spontan dan serasa tulus dari
hati, terkadang saya suka membayangkannya seakan saya berada dalam suasana talk
show dimana saya menjadi bintang tamu yang hadir kemudian saya dapat memaparkan
apa yang saya pikirkan dengan cara saya. Bahkan ketika berbicara sendiri
didalam ruang dihadapan benda mati yang memantulkan wujud dari diri saya tanpa
sadar secara tidak langsung memotivasi diri saya dengan cara yang berbeda.
Menumpahkan segala keresehan terhadap apa yang saya lihat, pikirkan, kemudian
dirasakan dengan tulus, lalu melalui cermin saya utarakan, maka tidak hanya
membuat perasaan lega melainkan seperti merefleksikan diri dengan media yang
lain, memandang hidup dari sisi yang berbeda, memotivasi diri untuk terus
menjadi lebih baik lagi.
Resah
yang melanda bukanlah menutup pemikiran untuk menghilangkan berbagai tanda tanya
yang menghampiri begitu saja, melainkan menjadi acuan untuk terus berpikir
bagaimana merangkai tanda tanya yang timbul menjadi satu kesatuan utuh
menciptakan “ide” dan tanda seru yang direfleksikan ke dalam diri bahwa tidak
perlu takut dengan keresahan, pasti bisa, yakin bisa! Saya suka berbicara sendiri
dengan cara yang lain, ketika menumpahkan keresahan kadang tidak memerlukan
teman bicara yang katanya bisa memberi solusi namun membutuhkan pendengar yang
baik dimana keresahan tersebut dapat merefleksikan diri kita menjadi lebih
utuh, lebih matang dalam berpikir, dan lebih yakin dalam bertindak. Sesuatu yang
mungkin terlihat aneh bagi orang lain namun sebenarnya disisi lain lebih
memberikan hal positif yaitu “energi” bagi refleksi diri menjadi lebih matang,
selagi tidak berbicara sendiri di tempat umum hal tersebut masih pada kategori
normal, dan saya percaya dibalik kebiasaan yang saya lakukan ini tanpa sadar
mengumpulkan serpihan mimpi serta angan yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya
dibenak saya.
“Ketakutan saya untuk sukses lebih
besar, dibandingkan ketakutan saya untuk gagal”
–Pandji Pragiwaksono-

Komentar
Posting Komentar