9 Tahun sudah berlalu tepat 7 Agustus 2003, ketika aku mengusap badan mungilnya yang kaku, mencium keningnya, dan menggendong tubuh kecilnya didalam balutan kain cokelat yang menutupi seluruh tubuhnya, aku mengantarkannya hingga peristirahatan terakhir bersama doaku yang tak pernah putus hingga bunga diterbarkan pada setiap tanah yang mulai menggembung.
Tak berhenti air mata mengalir dari pelupuk mataku.......
Aku tau, aku terlalu lugu untuk menangisi kepergian seseorang
Tapi aku juga tau, rasa ini teramat pilu, membuat tubuhku kaku
Alunan doa tak berhenti bergeming disekeliling tubuhnya yang sudah tertutup kain putih
Aku tak pernah melepaskan tubuhku, tatapan mataku, disampingnya...
Doa tak henti terucap dari mulutku bersamaan dengan air mataku yang terus mengalir.
Ucapan belansungkawa mengalir deras seakan berusaha untuk menguatkan hatiku, bahkan pelukan hangat dari orang-orang terdekat tidak mampu mengentikan tangisan ku.
Aku merasa pilu melihat seseorang yang sangat kunanti-nantikan kehadirannya kini tidak kudengar tangisan nya sama sekali, ia lahir dengan keadaan terbujur kaku tanpa nyawa.....
Dulu aku selalu bilang "Bunda nanti aku mau punya adik ya? asik dong bisa diajak main"
Aku selalu menemani bundaku di segala kondisi, bahkan saking terlalu bahagianya mengungkapkan ketidaksabaran ku mendapatkan adik, aku seringkali tertidur pulas bersama bunda di kasur rumah sakit.
Aku terlalu bahagia, bahkan aku senang berceloteh pada semua orang bahwa sebentar lagi aku ingin punya adik, betapa bahagianya menunggu hari-hari kelahiran adik.
Aku tau, bundaku berjuang keras mempertahankan kandungannya sama sepertiku dulu, meski seringkali harus bolak-balik rumah sakit, tapi aku selalu yakin usaha bunda tidak akan sia-sia dan aku juga yakin adikku sekuat aku dulu.
Namun saat kenyataan tidak berjalan sesuai harapan, maka aku yang masih kecil saat itu seperti merasakan bagaimana harapan dan angan-angan anak kecil dihancurkan begitu cepat oleh orang dewasa, harapan itu hancur berantakan menjadi keping-keping kecil yang rapuh.
Aku menjadi anak kecil yang rapuh, keceriaan dalam diriku hilang, rencanaku untuk membelikan banyak mainan untuk adik, baju-baju lucu untukknya lenyap dalam sekejap.
Aku tertunduk pilu................ saat adzan berkumandang ditelinganya aku makin merasakan bahwa sudah tidak mungkin lagi aku memiliki adik, aku pasti kesepian.
Melihat badannya yang mungil, dan wajahnya yang sudah mulai terbentuk aku kagum....
Dia begitu cantik, dagunya panjang, kakinya sudah terlihat jenjang dan bentuk jari-jarinya yang cantik, aku bergumam "Kamu cantik..."
Setelah mengantar kepergiannya untuk selama-lamanya, kaki ku serasa berat melangkah meninggalkan tempat peristirahatan terakhirnya, aku bahkan menjadi orang terakhir yang masih berada disamping tugu bertuliskan "Alm Putri Fanin Razy Binti Imammur Razy"
Nama yang cantik... aku yakin dia akan tumbuh menjadi wanita cantik nantinya.
Sebagai salam perpisahan aku mencium tugunya sambil meneteskan air mata yang menandakan bahwa aku sangat menyanyanginya.
9 tahun berlalu semenjak kepergiannya....
Baru kali ini aku merasakan rasa rindu yang sangat mendalam terhadap sosok yang sudah 9 tahun lamanya pergi.
Aku meneteskan air mata mengingat sudah 9 tahun berlalu tanpa kehadirannya di sisiku.
Aku rindu fanin..
Aku ingin tahu sekarang dia sudah sebesar apa?
Pasti cantik sekali..
Aku rindu fanin..
Aku ingin memeluknya lalu membisikkan ditelinganya "Kakak sayang kamu fanin"
Aku rindu fanin..
Apakah dia disana baik-baik saja? Tidakkah ia ingin memeluk kakanya? seperti layaknya kakak-adik yang lain?
Aku rindu fanin....
Batin ini begitu merindukkannya, aku terlalu menyanyanginya, bahkan sangat menyanyanginya..
Aku memanjatkan doa untukknya, berharap ia ditempatkan ditempat terbaik disisi Allah SWT, tumbuh menjadi peri kecil yang cantik, dan soleha.
Jadi anak yang baik disana ya fanin...
Kakakmu kangen kamu.
Adakah kesempatan kita bertemu meski hanya dalam mimpi?
Aku ingin melihat sosok mu saat ini yang sudah 9 tahun, pasti kamu cantik sekali.
Bahkan jika diberi kesempatan aku ingin memelukmu, dan mengatakan aku sangat menyanyangimu, lalu kemudian mencium keningmu penuh kasih.
Tak apa meski hanya dalam mimpi...
Aku tau, kasih tidak mengenal batas..
Meski kita ditempat yang berbeda...
Doaku selalu menyertaimu sayang...
Tak berhenti air mata mengalir dari pelupuk mataku.......
Aku tau, aku terlalu lugu untuk menangisi kepergian seseorang
Tapi aku juga tau, rasa ini teramat pilu, membuat tubuhku kaku
Alunan doa tak berhenti bergeming disekeliling tubuhnya yang sudah tertutup kain putih
Aku tak pernah melepaskan tubuhku, tatapan mataku, disampingnya...
Doa tak henti terucap dari mulutku bersamaan dengan air mataku yang terus mengalir.
Ucapan belansungkawa mengalir deras seakan berusaha untuk menguatkan hatiku, bahkan pelukan hangat dari orang-orang terdekat tidak mampu mengentikan tangisan ku.
Aku merasa pilu melihat seseorang yang sangat kunanti-nantikan kehadirannya kini tidak kudengar tangisan nya sama sekali, ia lahir dengan keadaan terbujur kaku tanpa nyawa.....
Dulu aku selalu bilang "Bunda nanti aku mau punya adik ya? asik dong bisa diajak main"
Aku selalu menemani bundaku di segala kondisi, bahkan saking terlalu bahagianya mengungkapkan ketidaksabaran ku mendapatkan adik, aku seringkali tertidur pulas bersama bunda di kasur rumah sakit.
Aku terlalu bahagia, bahkan aku senang berceloteh pada semua orang bahwa sebentar lagi aku ingin punya adik, betapa bahagianya menunggu hari-hari kelahiran adik.
Aku tau, bundaku berjuang keras mempertahankan kandungannya sama sepertiku dulu, meski seringkali harus bolak-balik rumah sakit, tapi aku selalu yakin usaha bunda tidak akan sia-sia dan aku juga yakin adikku sekuat aku dulu.
Namun saat kenyataan tidak berjalan sesuai harapan, maka aku yang masih kecil saat itu seperti merasakan bagaimana harapan dan angan-angan anak kecil dihancurkan begitu cepat oleh orang dewasa, harapan itu hancur berantakan menjadi keping-keping kecil yang rapuh.
Aku menjadi anak kecil yang rapuh, keceriaan dalam diriku hilang, rencanaku untuk membelikan banyak mainan untuk adik, baju-baju lucu untukknya lenyap dalam sekejap.
Aku tertunduk pilu................ saat adzan berkumandang ditelinganya aku makin merasakan bahwa sudah tidak mungkin lagi aku memiliki adik, aku pasti kesepian.
Melihat badannya yang mungil, dan wajahnya yang sudah mulai terbentuk aku kagum....
Dia begitu cantik, dagunya panjang, kakinya sudah terlihat jenjang dan bentuk jari-jarinya yang cantik, aku bergumam "Kamu cantik..."
Setelah mengantar kepergiannya untuk selama-lamanya, kaki ku serasa berat melangkah meninggalkan tempat peristirahatan terakhirnya, aku bahkan menjadi orang terakhir yang masih berada disamping tugu bertuliskan "Alm Putri Fanin Razy Binti Imammur Razy"
Nama yang cantik... aku yakin dia akan tumbuh menjadi wanita cantik nantinya.
Sebagai salam perpisahan aku mencium tugunya sambil meneteskan air mata yang menandakan bahwa aku sangat menyanyanginya.
9 tahun berlalu semenjak kepergiannya....
Baru kali ini aku merasakan rasa rindu yang sangat mendalam terhadap sosok yang sudah 9 tahun lamanya pergi.
Aku meneteskan air mata mengingat sudah 9 tahun berlalu tanpa kehadirannya di sisiku.
Aku rindu fanin..
Aku ingin tahu sekarang dia sudah sebesar apa?
Pasti cantik sekali..
Aku rindu fanin..
Aku ingin memeluknya lalu membisikkan ditelinganya "Kakak sayang kamu fanin"
Aku rindu fanin..
Apakah dia disana baik-baik saja? Tidakkah ia ingin memeluk kakanya? seperti layaknya kakak-adik yang lain?
Aku rindu fanin....
Batin ini begitu merindukkannya, aku terlalu menyanyanginya, bahkan sangat menyanyanginya..
Aku memanjatkan doa untukknya, berharap ia ditempatkan ditempat terbaik disisi Allah SWT, tumbuh menjadi peri kecil yang cantik, dan soleha.
Jadi anak yang baik disana ya fanin...
Kakakmu kangen kamu.
Adakah kesempatan kita bertemu meski hanya dalam mimpi?
Aku ingin melihat sosok mu saat ini yang sudah 9 tahun, pasti kamu cantik sekali.
Bahkan jika diberi kesempatan aku ingin memelukmu, dan mengatakan aku sangat menyanyangimu, lalu kemudian mencium keningmu penuh kasih.
Tak apa meski hanya dalam mimpi...
Aku tau, kasih tidak mengenal batas..
Meski kita ditempat yang berbeda...
Doaku selalu menyertaimu sayang...
Komentar
Posting Komentar